Penggunaan Teknologi AI Meningkat Menyebabkan Pemborosan Listrik

Jakarta – Meningkatnya pengguna Artificial Intelligence AI di seluruh dunia tak hanya membawa dampak positif, tetapi juga negatif. Mudah menghasilkan produk sesuai keinginan, pengguna teknologi ini meningkat di hampir seluruh negara dan ini juga yang menyebabkan pemborosan listrik tidak bisa dikontrol.

AI merupakan sebuah teknologi kecerdasan buatan yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. Kecanggihannya memungkinkan perangkat mengidentifikasi pola, membuat keputusan, mempelajari sebuah pengalaman, dan menyelesaikan pekerjaan kompleks lebih cepat dan efisien.

Dilansir dari euronews.next, seorang akademisi telah menghitung kebutuhan energi dari kecerdasan buatan (AI) bisa setara dengan kebutuhan energi di suatu negara. Peningkatan penerapan AI telah menuai perdebatan mengenai dampak negatifnya, seperti siswa yang curang saat ujian, mesin menggantikan manusia kerja, dan risiko kehancuran umat manusia.

Selain itu, para ahli memperingatkan bahwa daya komputasi untuk menjalankan algoritma yang diperlukan dan proses pembelajaran mesin dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim. Ini karena jumlah energi yang digunakan terlampau besar.

Salah satu akademisi Alex de Vries, kandidat PhD di Vrije Universiteit Amsterdam, berpendapat bahwa setiap penelusuran pada Google selama setahun menggunakan AI membutuhkan listrik yang setara dengan pengeluaran listrik di negara kecil seperti Irlandia. Tidak bisa dibayangkan jika itu berlangsung selama bertahun-tahun, belum lagi jumlah pengguna AI terus meningkat.

Melihat jumlah pengguna AI yang kian meningkat, kemungkinan besar konsumsi energi terkait AI akan meningkat secara signifikan di tahun-tahun mendatang,” kata Vries (10/10). “AI telah muncul sebagai tren digital yang berkembang dan penting pada tahun 2023, dan jika diterapkan secara lebih luas, akan terjadi defisit energi di beberapa negara.

AI generatif digunakan lebih banyak masyarakat umum setiap hari, dengan chatbot seperti ChatGPT, OpenAI, dan alat pembuatan gambar Midjourney termasuk yang paling populer. Untuk menghasilkan produk, model yang digunakan memerlukan proses pembelajaran mesin dengan data dalam jumlah besar.

Hugging Face, sebuah perusahaan AI di AS, mengatakan bahwa AI generasi teks multibahasa menggunakan sekitar 433 megawatt-jam (MWh),” tutur Vries. “Ini jumlah yang cukup untuk memberi daya rata-rata pada 40 rumah di seluruh dunia dan AS selama satu tahun.

Sementara itu, Vries mengungkapkan bahwa ketika alat seperti ChatGPT mengeluarkan teks berdasarkan perintah, alat tersebut menggunakan daya komputasi dan energi yang besar. Bahkan ChatGPT dapat menghabiskan listrik sebesar 564 MWh per hari. Ada alasan pengguna AI kian meningkat, yakni efisiensi dan kecanggihan AI yang semakin berkembang. Saat para pengembang berupaya membuat alat AI mereka lebih efisien, Vries mengatakan hal ini dapat mengakibatkan fenomena yang dikenal sebagai Paradoks Jevons.

Hasil dari pengembangan dan mempermudah akses AI adalah mengizinkan lebih banyak orang menggunakannya,” jelas Vries. “Diperkirakan, jika Google saja menggunakan AI untuk sekitar 9 miliar penelusuran per hariannya, maka Google memerlukan daya sebesar 29,2 terrawatt/jam (TWh) setiap tahunnya. Ini setara dengan konsumsi listrik tahunan di Irlandia.

Vries juga menambahkan, adanya potensi pertumbuhan pada jumlah pemakai AI membuat kita harus berhati-hati. Semakin banyak energi atau listrik yang terkuras, semakin tinggi pula ridiko defisit energi. “Potensi ini menunjukkan bahwa kita harus sangat berhati-hati dalam menggunakan AI,” kata Vries. “Ini membutuhkan banyak energi, jadi kami tidak ingin menggunakannya di tempat yang sebenarnya tidak kami perlukan.

Meskipun skenario di atas tidak mungkin terjadi dalam jangka pendek, kapasitas untuk memproses permintaan AI akan meningkat. Vries memperkirakan bahwa pada tahun 2027, konsumsi listrik terkait AI di seluruh dunia dapat meningkat sebesar 85 TWh hingga 134 TWh setiap tahunnya, berdasarkan proyeksi produksi server AI.

Jumlah ini sebanding dengan kebutuhan listrik tahunan di negara-negara seperti Belanda, Argentina, dan Swedia. Di sisi lain, Vries telah menanggung biaya energi dari teknologi lain dengan transaksi mata uang kripto. Hasilnya lebih mencengangkan karena memerlukan penggunaan listrik dalam jumlah lebih besar.

Perhitungannya menunjukkan bahwa Bitcoin, mata uang kripto paling populer dapat mengeluarkan jumlah karbon dioksida yang sama dengan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan seluruh Selandia Baru setiap tahunnya. Mengganti pengeluaran listrik dengan mata uang kripto ternyata bukan solusi yang efisien.

Sumber :

https://www.euronews.com/next/2023/10/10/demand-for-ai-could-mean-technology-consumes-same-energy-as-a-country-analysis-shows https://stekom.ac.id/artikel/apa-itu-ai-kecerdasan-buatan-pengertian-kelebihan-kekurangan#:~:text=Penggantian%20Pekerjaan%20Manusia-,Pengertian%20AI,mampu%20meniru%20kemampuan%20intelektual%20manusia. https://uk.news.yahoo.com/demand-ai-could-mean-technology-150507946.html?guccounter=1&guce_referrer=aHR0cHM6Ly93d3cuZ29vZ2xlLmNvbS8&guce_referrer_sig=AQAAAKVXc3UEEz3IyxTsLaw-dnhyiu56BQOkLljjmJFjlOuftQcjmeCTbVcaKx2Y3LjblM5bdTVGrRShphQV7UsHYpKFAFURJVf1AKTEJoJbB-x1tpy41sAJ8z518joTjy6FXBBUO7PJf8vBbA_F3BBT0nR3KpozbJCmeou7OU8uCdfg

0 Komentar

Berikan pendapat anda kepada kami

You May Also Like