Pengaruh Krisis Ekonomi Pada Laba Perusahaan PT Pertamina Tbk Tahun 2020

Adanya krisis ekonomi akan memberikan dampak secara global terutama dalam dunia perdagangan atau bisnis. Dampak utama yang akan terjadi secara global yaitu resesi, yang dimana kondisi perekonomian mampu membuat perusahaan jatuh bangkrut diakibatkan adanya penyusutan pada tingkat ekonomi secara sementara

Terjadinya resesi ekonomi dapat terlihat bila terjadinya penyusutan pada PDB atau Produk Domestik Bruto secara berturut-turut selama dua kuartal. Indonesia telah mengalami resesi selama tiga kali, salah satunya terjadi di tahun 2019 akibat guncangan pandemi Covid-19. Salah satu perusahaan yang terkena dampaknya yaitu, PT Pertamina Tbk yang mengalami penyusutan laba pada tahun 2020. PT Pertamina Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi BUMN terbesar di Indonesia, dalam hal pendapatan dan labanya. Perusahaan ini aktif di sektor hulu dan hilir industri minyak dan gas. Sektor hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas dan energi panas bumi. Sementara kegiatan hilir mencakup pengolahan, pemasaran, perdagangan, dan pengiriman. Pandemi Covid-19 sangat cepat mempengaruhi semua aspek kehidupan dimulai dari politik, sosial, budaya, hingga ekonomi. Terlebih pada sektor minyak dan gas bumi, contohnya yang terjadi pada PT Pertamina. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan ada tiga hal yang memberikan dampak signifikan pada perkembangan usaha Pertamina akibat pandemi Covid-19 ini. Tiga hal tersebut antara lain penurunan penjualan bahan bakar minyak (BBM), melemahnya nilai tukar rupiah, dan anjloknya harga minyak dunia. Yang pertama, penjualan BBM perseroan turun signifikan terutama saat diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kota-kota besar di Indonesia. Penjualan BBM di DKI Jakarta anjlok hingga 57%, sementara secara nasional penurunannya sebesar 26%. Yang mana hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Yang kedua, terjadinya fluktuasi nilai tukar. Dimana Pertamina dalam menjual produk dalam bentuk rupiah dan penerimaan pendapatan juga dalam bentuk rupiah Sedangkan pembukuannya dalam bentuk dolar Amerika Serikat. Biaya pembelian yang menggunakan dolar pun sampai 92%. Yang mana terjadi ketidakcocokan yang berpengaruh pada kinerja keuangan. Lalu yang ketiga, Anjloknya harga minyak dunia yang berdampak pada pendapatan sektor hulu. Pertamina merugi pada semester I-2020. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan melalui situsnya, Pertamina mengalami kerugian sebesar US$ 767,92 juta atau setara Rp 11,33 triliun. Perolehan ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, dimana Pertamina tercatat membukukan laba bersih US$ 659,96 juta atau setara Rp 9,7 triliun.

https://smesta.kemenkopukm.go.id/bantuan-untuk-umkm-dari-pemerintah/

0 Komentar

Berikan pendapat anda kepada kami

You May Also Like