Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Pertamina pada tahun 2022

Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia telah resmi mengalami kenaikan. Pemerintah secara langsung mengumumkan kenaikan harga BBM 2022 dalam konferensi pers Presiden Joko Widodo bersama menteri terkait pengalihan subsidi BBM di Istana Merdeka pada Sabtu, 3 September 2022. Pemerintah mengatakan alasan kenapa harga BBM naik adalah sebagai salah satu upaya untuk menangani masalah perekonomian tanah air di tengah tensi perekonomian dunia yang relatif ekstrim. Upaya ini dinilai sebagai jalan tengah dalam meminimalisir dampak kenaikan harga bbm terhadap ekonomi dan dunia investasi Namun, upaya ini justru menimbulkan banyak pertanyaan dari berbagai pihak, terutama pelaku bisnis dan investasi. Pasalnya dampak kenaikan harga bbm terhadap investasi terbilang cukup besar. Lebih lanjut, Arifin Tasrif selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa kenaikan harga tersebut meliputi produk BBM yang disubsidi maupun nonsubsidi, yakni Pertalite dan Solar sebagai BBM subsidi, hingga Pertamax sebagai jenis BBM nonsubsidi. Perincian mengenai info harga BBM dimulai dari harga Pertalite yang semula Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Disusul harga Solar subsidi dari Rp5.150 per liter naik menjadi Rp6.800 per liter. Kemudian, untuk BBM nonsubsidi Pertamax mengalami kenaikan yang semula Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.

Beberapa Faktor Kenaikan Harga BBM Kenaikan harga BBM di Indonesia dilatarbelakangi oleh serangkaian fakta atau faktor yang saling terkait dan merantai satu sama lain. Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab efek domino kenaikan harga BBM ini:

1. Mewaspadai Kenaikan Harga Minyak Global

Kenaikan harga minyak mentah dunia sempat mencapai US$147 per barel di bulan Maret 2022 lalu. Hal ini merupakan kenaikan harga minyak dunia tertinggi yang menembus angka $100 sejak 2014 silam. Konflik antara Rusia dan Ukraina berbuntut panjang, hingga menimbulkan dampak yang sangat tinggi bagi perekonomian di beberapa negara. Invasi Rusia terhadap Ukraina memicu adanya resesi global, peningkatan inflasi, dan kenaikan harga minyak mentah. Meskipun saat ini (8/9/2022) harga minyak berjangka Brent telah mengalami penurunan tajam hingga mencapai US$87,78 sejak kenaikan tertinggi di tahun ini, harga minyak mentah dunia masih diperkirakan akan mengalami fluktuasi di kisaran US$100 per barel. Tren harga minyak dunia yang jauh dari kata stabil tengah menjadi sorotan bagi perekonomian global. Fluktuasi yang terus terjadi memberikan tekanan ekonomi yang cukup besar, bahkan negara produsen minyak terbesar sekalipun. Penerapan kenaikan harga BBM ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di beberapa negara, terutama di kawasan ASEAN. Berdasarkan data analisis Global Petrol Price per 31 Agustus 2022, Indonesia termasuk ke dalam kategori BBM termurah kedua di kawasan ASEAN setelah Malaysia.

2. Signifikansi ICP Terhadap Impor, Ekspor, dan Komoditas

Peranan minyak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai cukup vital. Pasalnya, minyak merupakan penyumbang pendapatan negara terbesar selain pajak. Di sisi lain, minyak juga termasuk golongan komoditas terbesar yang disubsidi oleh negara. Sedangkan posisi Indonesia saat ini bukan lagi sebagai net eksportir minyak, melainkan net importir. Yang menandakan jumlah konsumsi minyak di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksinya. Sehingga negara perlu membeli minyak lebih banyak dari negara lain (impor) ketimbang melakukan penjualan ke luar negeri (ekspor). Posisi Indonesia sebagai net importir membuat sensitivitas APBN terhadap harga minyak mentah di pasar internasional semakin tinggi. Fluktuasi harga minyak dunia yang sulit diprediksi mempengaruhi biaya produksi, serta daya konsumsi dan investasi masyarakat. Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) juga turut mengalami fluktuasi di pasar internasional. Meskipun harga ICP turun hingga $90, angka tersebut belum mampu mengimbangi besaran subsidi APBN yang diberikan. Sehingga, pemerintah terpaksa menyikapi hal tersebut dengan mengambil tindakan preventif berupa pemangkasan subsidi APBN, yang kemudian menyebabkan kenaikan harga BBM.

3. Pembengkakan Subsidi BBM di APBN

Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama kenaikan harga BBM di Indonesia adalah anggaran subsidi dan kompensasi yang membengkak. Sehingga, diharapkan upaya ini mampu menambah kekuatan APBN dan mengendalikan penyaluran BBM subsidi yang sudah terlalu besar. Pemerintah rupanya telah menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi sebesar tiga kali lipat dari anggaran APBN 2022, yang semula Rp170 triliun melonjak menjadi Rp502 triliun dengan kemungkinan akan terus meningkat hingga Rp698 triliun. Akumulasi ini didukung dari data lapangan terhadap alokasi volume BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar yang diperkirakan dapat melebihi target APBN tahun ini. Sementara itu, penyaluran subsidi BBM yang telah berlangsung selama ini dinilai tidak tepat sasaran, dengan menyebutkan bahwa 80% pengguna subsidi adalah kendaraan pribadi dan orang mampu. Berdasar pada fakta itu, pemerintah kemudian mengambil langkah inisiatif untuk melakukan penyesuaian dan normalisasi, dengan mengalihkan subsidi BBM menjadi bantuan langsung tunai (BLT) yang akan diberikan langsung kepada masyarakat kurang mampu.

Dampak Kenaikan BBM Terhadap Investasi dan Ekonomi

Sebagai salah satu kebutuhan dasar operasional, kenaikan harga BBM tentu akan banyak mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, terutama pada sektor pasar saham nasional. Sejumlah sektor saham bahkan diproyeksi berpotensi terdampak langsung dan lebih tinggi.

1. Harga Bahan Baku Naik, Dampak kenaikan BBM secara langsung akan dirasakan oleh sektor transportasi dan logistik. Kenaikan BBM tentu menjadi pemicu utama kenaikan biaya operasional, yang secara otomatis juga akan menurunkan margin keuntungan dari emiten yang didapat apabila tidak melakukan penyesuaian biaya yang dikenakan kepada pelanggan.

2. Daya Beli Menurun, Selain sektor transportasi dan logistik, sektor konsumen juga berpotensi tertekan oleh sentimen kenaikan harga BBM. Salah satu dampaknya ialah potensi tingginya inflasi yang berujung menggerus daya beli masyarakat. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat.

Mendorong Perekonomian dengan Investasi

Kenaikan harga BBM tentu sangat mempengaruhi keputusan seseorang dalam berbelanja atau berinvestasi. Perusahaan atau para investor tentu perlu berhati-hati dan memikirkan rencana investasi dengan lebih matang pada saat terjadi kenaikan BBM. Melihat potensi kenaikan harga bahan baku di pasaran, mayoritas orang akan memilih untuk menyimpan uangnya di bank atau menginvestasikannya pada pasar uang. Namun, sejumlah pengusaha dan pakar ekonomi meyakini bahwa kenaikan BBM kali ini merupakan fenomena yang telah diantisipasi, sehingga dampaknya diyakini tidak akan terlalu berkepanjangan. Dengan catatan bahwa pemerintah harus tetap mampu mengimbangi kenaikan BBM ini dengan harga-harga bahan pokok yang tetap stabil. Investasi berupa penanaman modal akan turut membantu memberikan dampak positif bagi perekonomian. Proses produksi yang semakin giat akan berimbas pada meningkatnya konsumsi rumah tangga. Investasi dapat menumbuhkan iklim bisnis. Semakin banyak dilakukannya kegiatan penanaman modal atau investasi dapat menciptakan berbagai bisnis baru di berbagai bidang. Kelahiran bisnis-bisnis baru dapat menumbuhkan dan menyerap jumlah lapangan kerja. Dengan kata lain, manajemen investasi yang baik dapat membantu mendorong perekonomian dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Penulis

Vicco Delvechio, Maha Fatih Naufal Ansory, Wildan Chusnul Al Fasyi

Sumber :

https://news.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/02/28/nkhnpm-tiga-faktor-penyebab-bbm-kembali-naik?

0 Komentar

Berikan pendapat anda kepada kami

You May Also Like