BUMN Kebut Tujuh Proyek TOD karena Harga Tanah Makin Mahal

Jakarta - Banyaknya masyarakat yang tak punya hunian layak membuat BUMN fokus untuk mengerjakan tujuh proyek TOD. Namun, karena harga tanah kian mahal, mau tak mau proyek ini dilakukan dengan cepat supaya tidak menambah beban biaya pembangunan negara.

Dilansir dari Bisnis.com, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata jumlah backlog kepemilikan hunian di Indonesia mencapai 12,7 juta rumah di tahun 2021. Contoh kasus di wilayah DKI Jakarta, hanya 35% rumah tangga yang punya rumah layak dan 37% lainnya menyewa atau kontrak rumah.

Mengetahui hal ini, Kementerian BUMN melakukan upaya untuk mengentaskan solusi tersebut dengan cara membangun proyek kawasan hunian Transit Oriented Development (TOD). Menteri BUMN Erick Thohir sebagai penanggungjawab proyek ini menganggap bahwa ini bisa menjawab pemenuhan kebutuhan hunian yang terintegrasi dengan transportasi umum di tengah kota. TOD bisa diartikan sebagai konsep pengembangan atau pembangunan kota dengan memaksimalkan penggunaan lahan yang tercampur dan terintegrasi. Ini disertai penggunaan angkutan umum massal dan gaya hidup sehat seperti berjalan kaki dan bersepeda.

Selain itu, TOD bisa diartikan sebagai konsep pengembangan kota dengan penggunaan angkutan umum yang maksimal dilengkapi dengan fasilitas jaringan jalan bagi pejalan kaki atau sepeda, serta tempat pemberhentian kendaraan umum dan fasilitas parkirnya.

TOD mampu mendorong dan menggambarkan definisi kota yang efisien, yaitu kota yang tidak menimbulkan keborosan ekonomi, kepadatan, kemacetan serta dapat mendorong berbagai kegiatan dalam kota secara produktif dan berkelanjutan. Efisiensi yang dimaksud dalam kota ini dapat berupa penataan dan penggunaan tata ruang perkotaan, penyelenggaraan pelayanan umum, serta pembangunan prasarana dan sarana dalam kota. Dari tujuh proyek yang digagas, salah satunya adalah proyek percontohan TOD Samesta Mahata Margonda Depok. Proyek ini telah selesai dibangun Perum Perumnas dan menawarkan one-stop solution terhadap berbagai permasalahan. Itu mulai dari kebutuhan hunian hingga kemacetan.

“Masalah hunian yang disinergikan dengan transportasi umum bisa menjadi solusi untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi,” ujar Erick Thohir. “Diharapkan dengan angka penggunaan kendaraan pribadi yang menurun, kemacetan juga bisa berkurang.”

Erick juga menambahkan bahwa hunian TOD punya presentase minat tinggi, bahkan saat peresmian Hunian Milenial untuk Indonesia di Pondok Cina Depok pada 13 April 2023 lalu. Hunian Milenial tersebut diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sementara itu, sebanyak 65% dari unit yang tersedia di Samesta Mahata Margonda sudah laku. Hunian Perumnas di Depok juga sudah tersebar di Serpong Tangerang Selatan. Selain itu, sudah dibangun di Tanjung Barat, Cengkareng Jakarta, Karawang, Dramaga, dan Parung Panjang Bogor.

“Selain di Pondok Cina, Perumnas memiliki dua proyek vertikal lain yang terintegrasi langsung dengan stasiun,” tutur Dirut Perumnas Budi Saddewa Soediro dalam JawaPos. “Samesta Mahata Serpong yang terkoneksi langsung dengan stasiun Rawa Buntu dan Samesta Mahata Tanjung Barat yang terintegrasi dengan stasiun Tanjung Bara.”

Hingga saat ini, dua proyek TOD tersebut dalam proses pembangunan. Berdasarkan penyampaian Dirut Perumnas, progres fisik pembangunan Samesta Mahata Tanjung Barat sudah mencapai 80% dan Samesta Mahara Serpong 76%. Selain hunian vertikal, Perumnas memiliki proyek hunian tapak yang terintegrasi dengan transportasi KRL Jabodetabek di Samesta Parayasa, Bogor. Perumahan strategis di barat Sepong menghadirkan stasiun baru Parayasa di kawasan hunian tersebut.

“Perumnas bertekad untuk menyediakan hunian bagi masyarakat Indonesia,” Tutur Budi. “Pembangunan proyek-proyek TOD ini diharapkan mampu memberikan dampak positif pada pengurangan angka backlog di Indonesia sekaligus menjadi benchmark pembangunan hunian terintegrasi transportasi di kota-kota lain.” Di sisi lain, Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan bahwa hunian berkonsep TOD makin diminati. Ada beberapa alasannya, seperti persoalan kenaikan harga BBM, kenaikan pajak kendaraan bermotor, pembatasan plat ganjil/genap, dan rencana penerapan ERP di beberapa jalan.

“Peluang hunian TOD di DKI Jakarta menjelaskan bagaimana pengembangkan konsep TOD didorong tren pembangunan sarana transportasi massal,” jelas Ferry. “Diperlukan terobosan dalam hal penyediaan hunian yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya seperti pengembangan TOD yang dipelopori Perum Perumnas.”

Pengamat properti sekaligus Executive Director Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menambahkan bahwa hunian TOD perlu terus dikembangkan. Pasalnya, harga tanah yang terus meningkat, sehingga pemerintah serta tanah-tanah BUMN harus diamankan dan dibangun TOD.

Sumber :

https://companieshouse.id/article/harga-tanah-makin-mahal-bumn-kebut-tujuh-proyek-tod-5 https://market.bisnis.com/read/20230530/192/1660512/perumnas-kebut-proyek-tod-di-jabodetabek-dua-hampir-rampung https://www.jawapos.com/ekonomi/01689234/harga-tanah-makin-mahal-bumn-kebut-tujuh-proyek-tod?page=2

0 Komentar

Berikan pendapat anda kepada kami

You May Also Like