Kasus Bunuh Diri di Kalangan Remaja Tinggi, Dokter Jiwa Beri Solusi

Jakarta - Viralnya konten bunuh diri mahasiswa di media sosial membuktikan tingginya kasus bunuh diri di kalangan remaja Indonesia. Untuk itu, Dokter Spesialis Kejiwaan memberikan wejangan terkait solusi dan cara mencegahnya.

Bukan lagi hal baru di masyarakat, tetapi semakin lama semakin miris jika dibiarkan. Kasus bunuh diri yang akhir-akhir ini viral menjadi perbincangan banyak orang. Kejadian ini mengingatkan masyarakat akan pentingnya kesehatan mental untuk menanggulangi tindakan berbahaya ini.

Sebelumnya, mahasiswa asal Unnes bunuh diri dengan cara lompat dari Mall Paragon Semarang. Dilanjutkan dengan kasus mahasiswa asal Udinus yang diduga meninggal karena bunuh diri. Menjadi sorotan masyarakat seluruh Indonesia, kesehatan mental di kalangan anak muda saat ini patut dipertanyakan.

Dilansir dari suara.com, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Dr.dr. Khamelia Malik, Sp.KJ menanggapinya dengan memberikan wejangan berupa solusi serta cara pencegahan. Saat ini, wanita tersebut sering mendapatkan pasien dengan kasus percobaan bunuh diri dan self harm. Beberapa orang menyakiti dirinya sendiri saat menghadapi masalah.

"Belakangan ini saya banyak menerima kasus-kasus percobaan bunuh diri dan self harm,” tutur dr. Khamelia (16/10). “Contoh self harm yang paling umum adalah melukai diri sendiri, menyayat kulit menggunakan silet, membenturkan kepala, dan memasukkan jarum di bagian tubuh tertentu.”

dr. Khamelia menjelaskan bahwa alasan orang, terutama para remaja melakukan self harm cukup kompleks. Meskipun begitu, beberapa pasiennya mengaku, alasan ingin melakukan bunuh diri dipicu tidak adanya solusi yang harus dirinya lakukan terkait permasalahannya. “Kerap kali pasien merasa dirinya menemukan jalan buntu terkait dengan masalahnya,” Tutur dr. Khamelia (16/10). “Kalau secara biologis saya bertanya kepada pasien-pasien Apa tujuan dari bunuh diri itu, apa tujuan finalnya? Ada yang menganggap itu sebagai solusi atas masalah yang dihadapinya kadang-kadang dia merasa bahwa tidak ada solusi lagi.”

Alasan lainnya adalah, para remaja ini biasanya merasa terisolasi dengan situasinya. Menurut dr. Khamelia, pasiennya akan merasa sedih dan kesepian. Padahal, saat itu mereka berada di keramaian dan ini yang membuatnya merasa sendirian menghadapi masalahnya. Selain itu, orang dengan pikiran ingin bunuh diri biasanya suka memendam masalahnya sendiri. Jika semua masalah hidup dipendam dan terus dibiarkan tanpa dicari solusi atau tanpa ada yang mendengarkan, maka pasien bisa meledak sewaktu-waktu dan mengalami mood swing hebat.

“Jika moodnya sudah goyah, maka otak tidak bisa berpikir logis dan ini yang membuat para remaja nekat melancarkan aksi bunuh diri,” tutur dr. Khamelia (16/10). “Mereka juga alami isolasi sosial di mana mereka merasa terisolasi selalu berpikir sendiri di antara keramaian. Mereka banyak teman, ada banyak orang tapi merasa sendiri dan sepi.”

Sebelum melakukan bunuh diri, biasanya orang akan memperlihatkan tanda-tandanya seperti menulis surat wasiat. Selain itu dilansir dari Beritasatu.com, remaja yang memiliki resiko bunuh diri memiliki ciri mudah marah, kenaikan berat badan, hilangnya minat pada hobi, mulai mendekati alkohol, dan penurunan prestasi akademik. Di sisi lain, orang yang sudah mantap ingin melancarkan aksi bunuh dirinya akan terlihat lebih tenang. Mereka bisa memiliki emosi stabil dibandingkan saat persiapan bunuh diri. Ada pun orang yang melukai dirinya sendiri sebelum bunuh diri.

dr. Khamelia menjelaskan bahwa jika hal tersebut ada pada diri seseorang, maka dibutuhkan peran orang lain khususnya orang tua untuk mencegah tindakan bunuh dirinya. Carilah cara untuk membatalkan niat bunuh dirinya dan penting untuk tidak memandang sepele orang-orang seperti ini.

“Saya tidak setuju jika mengatakan adanya pemikiran bunuh diri adalah sebuah candaan. Karena bunuh diri adalah sesuatu yang harus ditanggapi serius,” ucap dr. Khamelia (16/10). “ Justru hal tersebut menjadi tanda kalau mereka tidak memiliki cara untuk menghadapinya. Oleh sebab itu, tidak bisa dijadikan candaan.”

Untuk mencegah para remaja bunuh diri, sebaiknya ketahui penyebabnya. Akan lebih baik lagi jika Anda mengajaknya ke psikiater atau psikolog di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Selain itu, Anda bisa menghubungi LSM yang menangani masalah orang bunuh diri. Ini sangat penting demi meningkatkan daya tahan hidup seseorang yang sedang lemah.

Sumber :

https://www.suara.com/lifestyle/2023/10/16/092000/ramai-kasus-bunuh-diri-mahasiswa-dokter-jiwa-tegaskan-mengakhiri-hidup-bukan-solusi-dari-masalah https://www.beritasatu.com/lifestyle/1071857/marak-fenomena-bunuh-diri-remaja-ini-tanda-depresi-yang-wajib-orang-tua-ketahui https://kaltimpost.jawapos.com/kesehatan/17/10/2023/stop-suicide-pahami-5-kebiasaan-sederhana-yang-efektif-meningkatkan-kesehatan-mental-berikut-ini

0 Komentar

Berikan pendapat anda kepada kami

You May Also Like